Talkshow dan Peragaan Busana Batik: Mahakarya Batik Pelangi Jogja

22.36 Elizabeth Grace S. 0 Comments



Dimas Ajhi, Caterina Hapsari, Puteri Indonesia DIY 2017 (Serafina Saputro), Diajeng Ibeth dengan latar batik motif Jogja Istimewa

Hari Kamis, 16 Februari 2017 yang lalu, saya bertugas menghadiri Talkshow dan Peragaan Busana Batik yang diselenggarakan oleh Gerakan Cinta Batik Sebagai Mahakarya Indonesia (GCBMI) di Jogja City Mall. Acara ini dihadiri oleh para pengrajin batik di Jogja, penggemar batik, dan duta-duta wisata di DIY. Walaupun acaranya molor satu jam, talkshow yang diberikan cukup menarik. Narasumber yang hadir dari berbagai latarbelakang yaitu Livy Laurens (Ketua GCBMI), Pak Supriyanto (Tim Sosialisasi Batik Jogja Istimewa), Caterina Hapsari (Designer dan Official Judges Puteri Indonesia DIY 2017), dan satu Bapak yang saya lupa namanya sebagai utusan GKR Mangkubumi yang berhalangan hadir saat itu.

Dalam acara ini juga diperkenalkan satu motif batik baru yang diharapkan menjadi simbol Yogyakarta yaitu batik motif Jogja Istimewa. Motif batik ini dibuat oleh GKR Mangkubumi dan pembuatannya bekerja sama dengan masyarakat Gilangharjo yang saat ini kebanyakan bekerja sebagai pengrajin batik. Bapak Supriyanto merupakan salah satu warga desa Gilangharjo, Bantul yang menjadi tim sosialisasi Batik Jogja Istimewa. Ia mengatakan bahwa motif batik Jogja Istimewa ini diperkenalkan pertama kali pada tanggal 07 Januari 2017. Memang saat ini belum banyak yang tahu mengenai batik motif ini namun harapannya dari hari ke hari makin banyak yang mengenal dan menggunakannya.

Bapak Supriyanto pun tak lupa memperkenalkan desa Gilangharjo sebagai salah satu sentra pembuat batik terbesar di Bantul. Kita dapat pergi ke sana, melihat-lihat motif batik yang ada, dan jika tertarik untuk membuat baju maka mereka siap menerima order jahitan yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Tak hanya itu, anak-anak desa ini juga aktif nguri-uri budaya dengan rajin latihan tari bersama-sama, mereka juga sempat tampil menari dalam acara talkshow kemarin.

Livy Laurens sebagai ketua Gerakan Cinta Batik Sebagai Mahakarya Indonesia mengatakan bahwa kita sebagai anak muda tidak perlu malu untuk menggunakan batik, seharusnya kita bangga karena batik sebagai peninggalan berharga sudah diakui dunia. Batik dahulu dianggap identik dengan orang tua namun kini anak-anak muda dapat menggunakan batik dengan berbagai design unik yang mengikuti perkembangan mode. Sedangkan Caterina Hapsari menganggap batik sebagai identitas. Saya setuju dengan pendapat ini. Batik sebagai mahakarya Indonesia seharusnya kita anggap sebagai identitas atau karakter tersendiri di banding negara lain. 

Sesi terakhir acara ini ditutup dengan peragaan busana oleh designer dari Gilangharjo, Bantul bernama Bayu Kuntani. Ia menghadirkan motif-motif khas tiap kabupaten dan kota di DIY: Motif batik Sinom Parijotho dari Kabupaten Sleman, Motif Ceplok Kembang Kates dari Kabupaten Bantul, motif Walang dari Kabupaten Gunungkidul, motif Geblek Renteng dari Kabupaten Kulonprogo, dan motif-motif khas Kota Jogja.


Miss Bantul, Koko Cici Jogja, Dimas Diajeng Sleman, Dimas Diajeng Bantul, Duta Bahasa Yogyakarta, Dimas Diajeng Jogja, Duta HIV/AIDS


Dimas Ajhi, Dimas Dito, Diajeng Vivin, Diajeng Ibeth


Keluarga @dimjengsleman



Bangga, Cinta, dan Mari Pakai Batik!

You Might Also Like

0 komentar: