littlewords #1

06.34 Elizabeth Grace S. 0 Comments

jangan pernah meminta untuk dicintai. siapa yang pernah?


bukan. bukan saya.
"anda" salah.

0 komentar:

Belajar di Becak

06.44 Elizabeth Grace S. 0 Comments


            Sudah menjadi kebiasaan jika Budhe berkunjung ke Jogja pasti semua keluarga berkumpul dan pergi berjalan-jalan bersama. Sayangnya malam itu sepertinya tidak ada keberuntungan yang menghinggapi kami. Setelah dari Mall Malioboro, saya dan beberapa orang keluarga saya yang lain memutuskan untuk pulang dengan menggunakan taksi. Setelah cukup lama menunggu akhirnya lewatlah taksi yang dimaksud, kamipun melambai-lambaikan tangan agar pak sopir dapat melihat kami (dan tidak keduluan orang lain). Namun taksi itu terus saja melaju tak peduli banyaknya orang yang berebut kendaraan malam itu. Ternyata taksi-taksi tersebut tidak mau berhenti karena ketatnya penjagaan dari para polisi di sepanjang Jalan Malioboro. Akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan bus Transjogja, namun lagi-lagi bus yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang. Budhe yang sudah jengkel dan lelah menunggu pun mengajak kami semua naik becak. Saya sih senang saja kalau diajak naik becak, kebetulan cuaca malam itu juga sedang cerah sehingga akan sangat mengasyikkan kalau melihat-lihat jalanan kota Jogja waktu malam dengan atap becak yang terbuka.  
            Kami memesan beberapa becak dan naik secara berpasang-pasangan. Kebetulan saya satu becak dengan Budhe. Sepanjang perjalanan bapak tukang becak mengajak kami ngobrol dengan ramah. Dengan logat dan bahasa Jawanya yang masih kental ia memulai percakapan diantara kami. Ia bercerita kalau dirinya memiliki 4 orang anak, jaler sedaya, katanya. Dari suaranya terlihat bahwa ia begitu bangga dengan keempat anaknya, ia ditinggal istrinya saat anak-anaknya masih kecil namun bapak itu tidak mau menikah lagi. Ia terus bekerja menarik becak untuk membiayai kehidupan mereka. Bapak tukang becak itu juga cerita kalau anak pertamanya bisa kuliah di universitas terkenal di Jogja (you know what I mean ;) ) dan kini sudah bekerja, anak keduanya pun juga kuliah di universitas yang sama dengan kakaknya bahkan sudah bekerja di Korea. Bapak itu bangga kalau anak-anaknya dapat hidup prihatin (tidak bermewah-mewah, sederhana) dan  mengerti kondisi orangtuanya. Ia berkata kalau biaya sekolah dan kuliah anak-anaknya itu sangat banyak, kadang sampai membuatnya kewalahan, namun mengingat anak-anaknya yang patuh dan tekun itu membuatnya semangat bekerja sehingga mereka tetap dapat bertahan sampai sekarang.
            Ada beberapa hal yang saya garis bawahi dari bapak tukang becak ini. Pertama, tarif dan servis yang baik. Sikapnya yang ramah dan tarif becak yang sesuai sudah jarang ditemukan di kota ini. Kebanyakan tukang becak menaruh harga yang tingginya selangit agar cepat mendapat keuntungan ditambah sikapnya yang sering membuat kesal. Kedua, kesetiaan dan komitmen. Ia memilih untuk fokus membesarkan anak-anaknya daripada memikirkan untuk menikah lagi ditengah trend kawin cerai dan trend istri-lebih-dari-satu yang sering kita saksikan di televisi. Ketiga, kegigihannya mengantarkan anak-anaknya untuk mendulang kesuksesan dan cara mereka survive dengan mengandalkan pekerjaan tersebut.

-Bahkan dari seorang tukang becak pun kita dapat belajar sesuatu-

0 komentar:

it's a new

09.01 Elizabeth Grace S. 0 Comments

setelah sekian tahun (hiperbola dikit) tidak bersentuhan dengan blog, kali ini saya ingin benar-benar serius mengolah sebuah akun blog pribadi :) tidak ada tema khusus yang saya angkat disini. it's all about my mind. from my side. :)
Welcome in my blog and enjoy it :)

0 komentar: